Roller Coaster Dakwah


Roller Coaster Dakwah

Oleh: Bunda Rochma Yulika (Penulis Buku Dakwah Muslimah - Yogyakarta)
-Disajikan saat Seminar di Gayo Lues Negeri 1000 Bukit-
15 Oktober 2018

Nahnu Du'at Qabla Syai'
(Kita ini da'i sebelum yang lain)

Menjadi tugas kita bersama untuk mengajak manusia menuju perbaikan.
Itulah dakwah.
Lantaran berdakwah bukan hanya kala kita mampu berbicara di podium atau di mimbar akbar namun ketika kita bisa mengajak manusia dengan sabar.
Ajaklah manusia mengenal Allah, ajaklah manusia mencintai Allah begitu pula ajaklah manusia mengenal Rasulullah serta meneladani jejak kebaikan yang diwariskan.

Mengingat manusia sebagai makhluk sosial dan dakwah ini selalu berkaitan dengan banyak manusia maka menjalaninya tidaklah mudah.

Butuh banyak menyediakan ruang kesabaran dalam hati kita.
Maka belajar mengelola rasa, belajar menata hati dan bersikap bijak dalam kebersamaan menjadi tugas kita.
Tentu bukan hanya rasa sakit yang mendera raga terkadang yang jauh lebih terasa berat adalah kondisi kejiwaan kita.
Adakalanya terluka, adakalanya kecewa, bahkan terasa menyesakkan dada kala lisan yang sengaja atau pun tidak yang terucap hingga menggores relung hati manusia.

Allah selalu beri ujian agar kita belajar menguatkan diri. Tak ada ujian yang tiada berakhiran. Tak ada ujian yang terselesaikan. Kita ingat Nasihat Ustadz Rahmat Abdullah, "Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik-titik kelemahan kita.

Orang yang lemah dalam urusan uang namun kuat terhadap fitnah jabatan dan wanita, tidak akan pernah diuji dengan wanita atau jabatan. Tetapi orang yang lemah dalam urusan wanita namun kuat dalam urusan uang, tidak akan pernah diuji dengan masalah keuangan.

Orang yang mudah tersinggung dan gampang marah akan senantiasa dipertemukan oleh Allah dengan orang yang akan membuatnya tersinggung dan marah sampai ia bisa memperbaiki titik kelemahannya itu sehingga menjadi tidak mudah tersinggung dan tidak pemarah.

Orang yang selalu berlambat-lambat menghadiri pertemuan forum dakwah karena alasan istri, anak, mertua, atau tamu akan senantiasa dipertemukan dengan perkara ‘mertua datang,
tamu datang silih berganti’ di saat ia akan berangkat .. terus begitu sampai ia memilih prioritas bagi aktivitasnya apakah kepada dakwah atau kepada perkara-perkara lain.

Kita semua harus memahami dan mengatasi segala kelemahan diri di jalan dakwah ini. Ingatlah, mushaf Al-Quran tidak akan pernah terbang sendiri kemudian datang dan memukuli orang-orang yang bermaksiat.

Setiap kita akan berjumpa ujian. Setiap kita kan beriring cobaan. Kenyataan hidup mengajarkan bahwa manis dan pahit rasa yang hadir sudah menjadi sunatullah. Ibnu Athaillah Al Iskandari mengatakan, "Adakalanya manusia berjumpa dengan kesulitan, adakalanya juga berjumpa dengan kemudahan. Selalu diergilirkan antara kesulitan dan kemudahan agar manusia selalu bersandar kepada Allah."

Dalam Islam kita diajarkan tentang seni menyikapi kehidupan. Mendapatkan suasana bahagia ada rasa suka cita kala mendapatinya. sebaliknya ketika kesulitan melanda risau hati menjadi nuansa perjalanannya. Maka iman mengajarkan tentang sabar dan syukur dalam menyikapi segala yang ada. Al imanu nisyfani, nisyfu shabri wa syukri. Iman itu ada dua bagian yakni shabar dan syukur.

Ciri orang yang sabar
1. Selalu berorientasi kepada Allah
2. Selalu bersemangat untuk berjuang ilallah
3. Memiliki Fisik yang prima
4. Tidak pernah melemah aktivitasnya

Orang beriman sadar betul bahwa dunia penuh ujian dan kenikmatan. Bijak dalam menyikapi segala kenyatan menjadi kewajibannya.
Pemahaman kita tentang sabar harus senantiasa kita perbaiki agar jernih dalam berpikir sehingga tak salah dalam mengambil langkah. Begitu pula iringan syukur sudah seharusnya ada agar Allah memberikan karunia dan akan menjauhkan kita dari azab yang nyata.

Lantas bagaimana kita sebagai seorang muslim harus melakukan yang terbaik untuk menuju Allah? Peran dakwah kita dinantikan banyak kalangan. Kiprah di tengah masyarakat pun harus dilakukan. Ada yang perlu kita sadari. Bahwa bumi dimana kita berpijak belum tentu abadi. Umur yang kita miliki pun berbatas hari. Maka pijakan atas nilai Ilahi sudah seharusnya kita pegangi. Sehingga motivasi yang kuat di jalan Ilahi akan senantiasa mewarnai.

Beberapa karakter yang wajib melekat dalam diri pejuang dakwah.
  1. Bekerja dengan ikhlas. 

Lantaran Ikhlaslah yang menjadikan amal kita bernilai di hadapan Allah. Keikhlasan yang akan meringankan langkah kita. Dan keikhlasan itulah membuat segala yang dirasa ringan adanya.

2. Bekerja dengan mawas.
Menjalani kebersamaan itu tidak mudah. Butuh kehati-hatian dalam bersikap, berkata dan memilih kalimat yang bijaksana. Tak semua hati bisa terukur dalam takaran kita. Sangat mungkin ada kata melukai hati. Ada pandangan mata yang menyinggung nurani. Maka melapangkan jiwa dalam hidup bersama saudara harus ada.

3. Bekerja dengan cerdas.
Pejuang dakwah harus berusaha untuk mau belajar. Banyak hal baru yang bisa menjadi wawasan. Sehingga mampu bekerja dengan cerdas. Selalu saja mengerti tentang peluang dakwah dan apa yang seharusnya dilakukan. Ada kreativitas dan inovasi supaya dakwah ini kian menggelora.

4. Bekerja dengan keras.
Bukanlah dikatakan pejuang jika menjalani amanah dengan setengah-setengah. Kerja yang optimal sesuai kapasitas kita akan membuahkan hasil yang terbaik.
Dakwah ini butuh orang yang bisa diajak bekerja dengan gigih, bukan orang yang malas atau melakukan sesuatu tidak ada kesungguhan. Dakwah ini tugas yang diemban manusia melawati masa hidupnya.
Tugas yang berkesinambungan yang menjadi warisan dari Rasulullah dalam rangka menegakkan kalimatullah.
Bekerja keras inilah yang akan membuat Allah ridla hingga keajaiban Allah berikan kepada manusia.
Sungguh tugas dakwah kian hari kian memberat maka sediakan pundak yang kuat untuk memikulnya.

5. Bekerja dengan tuntas.
Allah mengisyaratkan dalam ayatnya bahwa dalam menyelesaikan tugas harus tuntas. Tidak tanggung. Terkadang energi negatif membuat kita enggan untuk menyelesaikan dengan tuntas. Boleh jadi kemalasan atau gelisah hati yang membuat langkah terhenti. Enggan meneruskan apa yang menjadi targetnya. Maka butuh manajemen hati sehingga ketuntasan dalam amanah tercapai.

6. Bekerja penuh Produktivitas.
Bila kita penuhi kriteria di atas maka akan ada hasil yang nyata sebagai wujud kontribusi kita di jalan dakwah. Ada sejarah yang akan mencatat peran serta kita untuk membangun peradaban yang bermartabat. Seperti itulah yang harus kita lakukan.

Semangat untuk Allah dan akhirat hingga pada akhirnya hanya diri kita dan Allah atas segala yang tersembunyi di hati dan terwujud dalam perbuatan.

Wallahu a'lam bisshawwab.

Komentar

  1. Makasih mba remaindernya,sangat menyentuh

    BalasHapus
  2. MasyaaAllah.jazakillah khairan ukhty sharingnya๐Ÿ™๐Ÿ˜

    BalasHapus
  3. Nice sharing, jazakillah mba tulisannya bagus, jd pengingat buat saya

    BalasHapus
  4. Ternyata kalau kita terhambat karena sesuatu, Allah akan selalu membuat kita begitu sampai kita bisa mengatasinya :((

    BalasHapus
  5. terimakasih mbaa...
    bagus banget sebagai pembelajaran juga pengingat diri

    BalasHapus
  6. noted banget nih untuk tidak melemah dalam melakukan aktivitas merupakan sebuah PR nih disamping pengennya rebahan mulu wkwk

    BalasHapus
  7. Jazakillah khair utk resumenya mba

    BalasHapus
  8. masyaaAllah...semangat mba ๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
  9. terima kasih sudah berbagi dan mengingatkan :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas