Memaknai Idul Fitri ditengah Pandemi

Makna Idul Fitri

Pada hakekatnya, idul fitri adalah bentuk syukur kita terhadap semua karunia dan rahmat yang Allah limpahkan kepada kita dibulan Ramadan ini.

Idul Fitri tidak hanya sekadar kembali pada yang fitri. Akan tetapi dapat pula diartikan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang diperoleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Melalui idul fitri ini juga kita dapat bersyukur atas segala nikmat iman dan islam serta kesempatan yang masih diberikan kepada kita untuk menjalankan puasa hingga berhari raya. Karena telah ada diantara keluarga dan teman kita tidak lagi dapat kesempatan untuk berpuasa dan berhari raya karena telah memenuhi janji untuk kembali pada Pencipta.  

Melalui idul fitri juga kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk menjadi manusia bertaqwa dengan jalan berpuasa dan memperbanyak ibadah dibulan Ramadan, beramal soleh, menahan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan dosa, meningkatkan amal soleh dan meninggalkan amal salah. 

“‘Ied diambil dari kata al-‘aud (sesuatu yang kembali), dikatakan demikian karena terulang setiap tahun. Al-Kirmani menukil dari az-Zamakhsyari bahwa ‘ied adalah kebahagiaan yang berulang, lalu ia menetapkan hal tersebut. Maka maknya ‘ied adalah semua hari yang disyariatkan untuk diagungkan”

Sebagai kaum muslimin, hari raya kita ada dua disetiap tahunnya, sebagaimana disebutkan oleh Anas bin Malik:

قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ: ” إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ “

“Ketika Rasulullah ﷺ datang ke Madinah, penduduk Madinah ketika itu memiliki dua hari khusus yang mereka bermain-main padanya di masa Jahiliah. Maka beliau bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari tersebut dengan yang lebih baik darinya. Yaitu hari al-fithri dan hari an-Nahr.”

Para ulama sepakat bahwa sholat hari raya disyariatkan dalam Islam.

Sholat idul fitri telah disyariatkan dalam islam, hal ini dapat dilihat pada firman Allah Ta’āla:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”

Kemudian disebutkan dalam hadits Ummu ‘Athiyyah:

أَمَرَنَا – تَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنْ نُخْرِجَ فِي الْعِيدَيْنِ، الْعَوَاتِقَ، وَذَوَاتِ الْخُدُورِ، وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ

“Nabi ﷺ memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fitri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haid. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haid untuk menjauhi tempat shalat.”

Hukum Sholat ‘Ied

Hukum sholat ied adalah sunnah muakkadah, karena Rasulullah tidaklah mewajibkan shalat kecuali shalat lima waktu. Dari Tholhah Bin Ubaidillah, ketika datang seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ menanyakan tentang Islam, Rasulullah pun menjawab:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي اليَوْمِ وَاللَّيْلَةِ»، فَقَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟ قَالَ: «لاَ، إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ

“Sholat lima waktu di setiap sehari semalam, lalu lelaki itu bertanya kembali: Apakah ada selainnya yang diwajibkan untukku? Beliaupun menjawab: Tidak, kecuali jika engkau melakukan yang sunnah.”

Hikmah disyariatkan Shalat ‘Ied Hari Raya

Hal tersebut dikarenakan setiap kaum memiliki suatu hari, mereka berpenampilan baik dan keluar dengan menggunakan hiasan-hiasan mereka, mereka bermain-main pada hari itu, kebiasaan ini tak satupun yang bisa terlepas darinya, entah itu dari Bangsa Arab atau Non Arab. Maka Agama Islam menjadikan dua hari raya dalam setiap tahun untuk dirayakan oleh kaum muslimin, sebagaimana dalam hadits Anas:

قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ: ” إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ

"Ketika Rasulullah ﷺ datang ke Madinah, dan penduduk Madinah ketika itu memiliki dua hari khusus yang mereka bermain-main pada dua hari tersebut di masa Jahiliah. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari tersebut dengan yang lebih baik lagi darinya. Yaitu ‘Iedul Fithri dan hari an-Nahr (‘Iedul Adha).”

 

Hari ied diisi dengan perayaan dan kebahagiaan, dengan tidak melupakan nilai-nilai ibadah seperti takbir dan shalat. Berkata Ibnu ‘Abbas:

كان ابن عباس يقول: حقٌّ على المسلمين إذا نظروا إلى هلال شوال أن يكبرِّوا الله حتى يفرغوا من عيدهم، لأن الله تعالى ذكره يقول: “ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم

“Wajib bagi kaum muslimin apabila mereka melihat hilal Bulan Syawal untuk bertakbir hingga selesai dari hari raya mereka, karena Allah berfirman {Dan hendaklah kalian menyempurnakan bilangan puasa dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian}.”

Waktu Shalat ‘Ied Hari Raya

Para ulama mengatakan bahwa waktunya dimulai dari terbitnya matahari sampai matahari tergelincir, berkata An-Nawawi:

ووقتها ما بين طلوع الشمس إلى ان تزول والافضل ان يؤخرها حتى ترتفع الشمس قيد رمح

“Waktu sholat ‘ied adalah antara terbitnya matahari sampai tergelincir, dan yang lebih utama adalah mengakhirkannya hingga matahari meninggi setinggi tombak.”

 Baca juga Silaturahmi ditengah covid

Tempat Shalat ‘Ied Hari Raya

Disunnahkan melaksanakan sholat hari raya di tempat yang terbuka (lapangan), kecuali ada uzur syari’ yang menyebabkan hal ini tidak mungkin dilakukan seperti hujan lebat yang menyebabkan genangan air dan lapangan tanpa tenda, dan uzur yang ada pada saat ini (pandemi covid19) yang mengakibatkan kita tidak melakukan sholat ied berjamaah dilapangan ataupun dimesjid-mesjid yang memang mampu menampung jamaah dengan kapasitas yang besar. Namun bila pun ada diatara kita yang memang melaksanakan sholat ini dilapangan atau mesjid maka tetaplah patuhi prokes yang telah ditetapkan. Semoga Allah mengampuni kita, mengangkat kembali pandemi sehingga kita bisa beribadah seperti biasanya, Aamiin....

Terkait tempat pelaksanaan ini, sebagaimana yang diriwayatakan oleh Abu Sa’id al-Khudri:

خرج رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في أضحى أو فطر إلى المصلى

“Rasulullah ﷺ keluar pada hari raya idul fitri dan idul adha ke tempat shalat.”

Tata Cara Shalat Idul Fitri

Satu : dengan melakukan sholat dua rakaat pada umumnya, dengan menyempurnakan rukun, kewajiban dan sunnahnya.

Imam an-Nawawi mengatakan bahwa “Adapun hukum-hukumnya, maka shalat ‘ied dua raka’at berdasarkan kesepakatan para ulama. Tata cara yang mencukupi adalah seperti tata cara shalat-shalat yang lain, sunnah-sunnahnya dan gerakan-gerakannya.”

Dua: Tata cara sholat yang sempurna, yaitu :

Dimulai dengan takbiratul ihrom, membaca istiftah sebagaimana sholat-sholat lainnya.

Kemudian bertakbir sebanyak tujuh kali takbir (selain takbiratul ihrom) untuk raka’at pertama, dan lima kali takbir (selain takbirotul intiqol) pada raka’at kedua sebelum memulai membaca Al Fatihah (namun jika melakukan takbir selain dengan bilangan ini maka boleh sebagaimana yang akan dijelaskan).

Setelah Al Fatihah selesai dilanjutkan dengan membaca surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud, dan seterusnya). Kemudian bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua dan kembali bertakbir (takbir zawaid/tambahan) sebanyak lima kali takbir (selain takbir bangkit dari sujud) sebelum memulai membaca Al Fatihah dan dilanjutkan membaca suroh lainnya kemudian dilanjutkan dengan ruku’ sampai salam.

Setelah sholat, mendengarkan khutbah. Khutbah disyariatkan untuk dilakukan saat shalat hari raya, khutbah ini dilakukan setelah mengerjakan shalat ‘ied. Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas :

شَهِدْتُ الصَّلاَةَ يَوْمَ الفِطْرِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الخُطْبَةِ

“Aku menyaksikan shalat idul fitri bersama Rasulullah ﷺ, dan abu bakar, Umar, dan ‘Utsman, dan mereka semua shalat sebelum khutbah.”

 

Adab Berhari Raya Idul Fitri

Ada beberapa adab yang penting untuk diperhatikan, di antaranya : (Ada beberapa adab yang tidak dilakukan mengingat saat ini sedang Pandemi. Namun bila ada diantara teman-teman yang memang bisa melakukan sholat seperti 1440H yang lalu, maka tetap perhatikan prokes yaa).

  1. Menghadirkan niat yang baik, Lillahi Ta'ala
  2. Disunnahkan untuk mandi pagi sebelum menuju lapangan pelaksanaan shalat Ied.

"Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan" (HR. Malik & asy-Syafi’i)

  1. Berhias, bersiwak dan mengenakan minyak wangi bagi laki-laki

“Sesungguhnya hari ini adalah hari raya yang Allah jadikan untuk kaum muslimin. Barangsiapa yang hadir jumatan, hendaknya dia mandi. Jika dia punya wewangian, hendaknya dia gunakan, dan kalian harus gosok gigi.” (HR. Ibn Majah, dihasankan Al-Albani)

  1. Mengenakan pakaian yang bersih, rapi (tidak harus baru asal jangan bau hehe)

“Nabi Shallallahu'alahi Wassallam memiliki jubah yang beliau gunakan ketika hari raya dan hari Jumat.” (HR. Ibn Khuzaimah)

  1. Mengeluarkan zakat fitrah sebelum menuju lapangan shalat Ied. Ini adalah waktu utama mengeluarkan zakat fitrah

"Barang siapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat maka itu adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat maka statusnya hanya sedekah" (HR. Abu Daud & Ibnu Majah, dihasankan Al-Albani)

  1. Menyantap beberapa buah kurma -atau sarapan- sebelum menuju lapangan shalat Ied

“Nabi Shallallahu'alahi Wassallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari Idul Adha hingga beliau kembali dari shalat, lalu makan dengan daging sembelihannya” (HR. Muslim)

  1. Disunnahkan sholat ditempat terbuka jika tidak ada uzur

"Rasulullah Shallallahu'alahi Wassallam biasa keluar pada hari raya 'Idul Fithri dan 'Idul Adha menuju tanah lapang"  (HR. Bukhari & Muslim)

  1. Terus bertakbir saat mulai keluar rumah hingga datangnya imam. (mengeraskan suara bagi laki-laki). bertakbir adalah bagian dari ungkapan syukur kita pada Allah atas segala nikmat yang telah kita dapatkan. 

"Rasulullah Shallallahu'alahi Wassallam biasa ketika keluar pada hari Idul Fitri beliau bertakbir sampai di (lapangan) tempat sholat, sampai didirikan sholat, apabila sholat telah ditegakkan maka terputuslah takbir"  (HR. Ibnu Abi Syaibah, shahih)

  1. Mengajak para wanita dan anak-anak untuk ikut menuju lapangan shalat Ied walaupun sedang haid, namun tentu yang sedang haid tidak boleh mengerjakan shalat Ied
  2. Sunnahnya, menuju lapangan shalat Ied dengan berjalan kaki

Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu anhu berkata: “Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat Id dengan berjalan kaki” (HR.  At-Tirmidzi)

  1. Melalui jalan yang berbeda saat pulang dan pergi

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya ketika hari Id mengambil jalan yang berbeda antara pulang dan pergi” (HR. Bukhari)

  1. Dibolehkan saling mengucapkan selamat

Sunnah para ulama mengucapkan selamat dan doa "Taqaballahu minna wa minkum" -semoga Allah menerima ibadah saya dan anda- . Fatma para ulama besar bahwa ucapan doa dan selamat bebas selama tidak menyalahi syariat, misalnya "Minal aidzin wa faidzin"

  1. Tidak boros harta dan makanan di hari raya
  2. Tidak berjabat tangan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram. Bisa juga diantisipasi dengan menggunakan sarung tangan, cari titik aman😄
  3. Bagi wanita tidak mengenakan minyak wangi ketika keluar rumah, tidak mengenakan pakaian yang berlebihan
  4. Tetap menjaga shalat lima waktu,  jangan karena banyak tamu sholatnya jadi nanti-nanti dulu 😃
  5. Menjauhkan diri dari bermain petasan atau kembang api atau hal sia-sia yang lainnya.
Baca juga Menjaga silaturahim meski mudik tinggal impian

Beberapa hari lagi, kita akan menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri. Pada sebagian orang momen ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu dan spesial karena dijadikan ajang berkumpul bersama keluarga besar dan handai taulan. Lebaran dijadikan sebagai ajang melepas rindu dengan keluarga apalagi bagi “anak rantau” momen ini merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu. Namun, Qadarullah sudah dua tahun ini lebaran tetap dirumah saja (tetap dirantau saja bagi anak rantau) karena menyebarnya wabah covid19 yang belum berakhir sehingga silaturahmi yang biasanya disi dengan kunjungan dari rumah ke rumah para kerabat dengan berbagai makanan favorit yang berbeda dari setiap rumahnya (walaupun dirumah makanan itu ada, tetap saja rasanya berbeda bila dimakan dirumah keluarga haha). Namun kali ini silaturahmi berjalan secara virtual dengan menikmati makanan yang dimasak sendiri (Paling tidak jika kamu anak medsosan maka masakanmu akan menjadi trand storymu dalam beberapa hari hehe). Ikhlaskan untuk tidak pulang kampung untuk saat ini, jangan menjadi sebab yang menimbulkan akibat bagi orang-orang sekitar dikampung halaman. Insya Allah, tidak mengurangi makna meraih kemenangan dan silaturahimnya. Ikhlaskan untuk tidak menikmati indahnya pemandangan sepanjang pulang, karena bila saat itu tiba pemandangan ini akan kembali dapat dipandang sepuasnya. 

Baca juga Ramadhan-kan diri setelah ramadhan

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan ampunan kepada kita, memberikan kemudahan dan kesempatan untuk senantiasa beramal shalih, dan menjadi alumni ramadan yang sukses serta kembali mempertemukan kita dengan ramadan tahun berikutnya. Aamiin. 

 


Komentar

  1. Kalau lagi haid pas Idul Fitri rasanya nggak enak mba. Mau nggak ikut tapi kan dianjurkan untuk ikut ke tempat sholat ya. Kalau ikut dan cuma berdiri dibelakang suka diliatin orang dan ditanya-tanyain terus sama yang kenal :")

    Kebanyakan kalau lagi haid nggak ikut keluar gitu, di rumah aja. Baru ikut waktu keliling silaturahmi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mbak. Kalo lg haid lebih milih dirumah aja, malah udah dpt tugas beberes yg ga beres2 wkwkwk terus rumah kadang jd tempat titip bocah yg bobo lg abis dimandiin emaknya.
      Terus kalo ikut dan berdiri dibelakang ntr dibilang sama ibuk2 "ga papa anak nya ditinggal aja, aman kok, sini gabung sholat" meski gimana jg tetep malu😃

      Hapus
  2. Setuju banget. Lebaran memang momen bersyukur ya. Jadi meskipun kita tidak bisa mudik hari raya idul fitri tetap harus di nikmati dengan penuh suka cita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Insya Allah akan ada wktnya mudik. Aamiin...

      Hapus
  3. Walaupun sunnah, entah kenapa sediiih banget kalau nggak bisa shalat Ied karena menstruasi. Ya gimana ya, 'kan itu nggak ada setiap hari. 😭 Tapi apa mau dikata, sudah nasib, hiks.

    BalasHapus
  4. Itulah fitrahnya kita☺
    Dan Alhamdulillah kita msh bisa haid ya kan Mbak. Insya Allah pahalanya tetap dpt kok😊
    Memang kecewa, apalagi dptnya diakhir2 ya kan. Tp harus tetap semangatttt

    BalasHapus
  5. Sayangnya sholat Id sekarang justru dianjurkan dirumah aja, mengingat Zona kami kembali merah hiks. Padahal rinduuu sholat di masjid lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Mbak, ditempat aku merah juga. Semoga pandemi segera berlalu, Aamiin...

      Hapus
  6. Lengkap banget petunjuk perayaan idul fitri nya mba..

    BalasHapus
  7. Wah aku baru tau klo sunnah bayar zakat sblum shalat ied, soalnya hari terakhir puasa ditempatku malah dah dibagiin mba

    BalasHapus
    Balasan

    1. Menurut pemahaman aku, sebelum sholat ied nya itu ya pas msh Ramadannya Mbak. Dan kalau (dikampung) pembagian dilakukan saat masih Ramadan. Alasannya benar agar yg menerima dpt memanfaatkan utk membeli keperluan lebaran. Kalau (dirantau) ini pembagian agak lamoo, dibagiin pas malam takbirannya

      Hapus
  8. Udah 2 tahun ga sholat id, selain memang di zona merah, tapi juga lagi kedatangan tamu

    BalasHapus
    Balasan

    1. Tamu 'istimewa' untuk kita yg 'istimewa' ☺

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas