Sudah Tertutup, Dikunci Pula

Teriring doa, Semoga kita semua diberi perlindungan dari sentuhan tentara Allah yang sedang bergeriliya di bumi Allah ini, semoga kita dijauhkan dari segala hal yang berbahaya, diberikan kesehatan hingga kita terus dapat melaksanakan setiap perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang-Nya dan dapat menyambut Ramadhan tanpa khawatir tersapa tentara-Nya. Aamiin Ya Rabb... 

jika berbicara tentang konsep rezeki, maka hal itu akan mulai diawali tentang kebiasaan yang sering muncul dalam diri dan orang-orang disekitar kita, saya teringat suatu buku bacaan yang saya miliki sejak 2018 lalu, saya mengenal penulisnya lewat channel telegram, kemudian beralih pada ikutan PO bukunya.

Disana penulis (Ustadz Arafat) mengatakan Lebih dari tujuh milyar orang yang berada dimuka bumi ini, tapi tidak ada satu orangpun yang saat lahir telah membawa tiket kekayaan dari Allah melebihi yang lainnya.

Orang-orang sukses yang berada disekitar kita,mereka juga lahir dalam keadaan yang sama seperti kita. Sama-sama tidak punya tiket apapun. Mereka hanya menghargai dirinya sendiri, sehingga tumbuh keyakinan bahwa mereka layak untuk sukses.

Sebaliknya, kita terkadang melakukan hal-hal yang menghinakan diri kita. Maka pantas saja  rezeki kita tertutup dan itu disebabkan oleh ulah kita sendiri. Jika hal ini terus berlanjut dan menjadi kebiasaan, maka lama-lama rezeki kita bukan hanya tertutup, tapi juga terkunci, Nauzubillah. 
Nah, apa saja kebiasaan yang wajib kita ketahui? Dalam bukunya yang berjudul Hijrah Rezeki disebutkan bahwa ada lima hal yang harus alias WAJIB untuk kita jauhi, apa saja itu?

Yang pertama :
Meminta-minta kepada orang lain. 
Hindari kebiasaan ini, karena melakukannya menunjukkan bahwa kita berkeyakinan bahwa orang lebih tinggi daripada kita. Pada waktu yang sama, kita pun meyakini diri sendiri bahwa kita hanya orang rendahan yang tidak punya bakat dan kemampuan apa-apa. Yang bisa kita lakukan hanya berharap belas kasihan orang lain. Sungguh sempit pemikiran seperti ini. Pantas saja rezeki sempit juga. Bukankah Rasulullah sudah mengingatkan bahwa siapa yang sudah membuka pintu harapannya kepada makhluk, maka Allah akan menutup rezekinya.

Yang kedua :
Suka berutang. 
Kalau memang utang itu terhormat, tentu Rasulullah tidak akan berdoa untuk dijauhkan dari utang. Kalau memang utang bisa menyelesaikan masalah tentu saja Rasulullah akan berhutang kepada milliuner-milliuner musyrik di Makkah.

Yang ketiga :
Bekerja sama dengan orang lain, tetapi kita rela dibayar sangat murah. 
Hal ini benar-benar musibah. Kita tahu bahwa ada ketimpangan dalam pembagian hasil, tetapi karena kita rendah diri, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerima kerja sama tersebut.

Yang keempat :
Mental gratisan. 
Kalau sedang ngumpul dengan teman-temannya langsung melirik kepada sikaya, ngarep ingin ditraktir. Ketika ada program pemerintah khusus rakyat miskin, maka rela ngaku-ngaku miskin dikelurahan demi dapat gratisan meskipun bukan haknya.

Yang kelima :
Tidak menghargai ilmu. 
Hal ini indikasi bahwa ia tidak menghargai dirinya sendiri. Sebab bukankah ilmu itu dipelajari agar dirinya semakin bertambah nilainya dan semakin berkualitas pribadinya. Orang pertama yang mendapat manfaat dari ilmu yang kita pelajari ya diri kita sendiri. Anehnya ia tidak mau mengorbankan harta demi ilmu. Maka saat akan membeli buku dirinya akan berfikir seribu kali. Saat mengikuti pelatihan maupun kursus, ia mencari yang termurah. Jika menemukan pembimbing yang tepat,ia berusaha berbagai cara agar ilmu gratisan saja yang ia dengarkan.

Semua contoh diatas adalah perbuatan dzolim kepada diri sendiri. Kapan kita sadar bahwa kita ini berharga? Justru ketika kita tidak menghargai diri sendiri, maka segala potensi dalam diri ini akan tersumbat. Kemampuan yang sebenarnya kita miliki pun terpendam, rezeki akhirnya menjauh.
Sudah betul kita diciptakan Allah dalam keadaan terbaik, kenapa malah kita sendiri yang memposisikan diri menjadi tidak punya masa depan.

Jadi, yang harus kita lakukan adalah memberi keuntungan kepada orang lain, sebarkan manfaat buat orang lain, bukan sebaliknya malah ingin meraup untung dari mereka. Berfikirlah win-win solution. Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka? Sehingga tanpa diminta mereka pun akan membantu kita.

Jangan menjual diri. Jangan bersempit hati. Karena hati sepenuhnya berada dalam kendali dan pilihan kita. Karena itu biasakanlah untuk berluas hati.

semoga bermanfaat dan dapat membuat kita menjauhi hal-hal yang telah disebutkan diatas. 

sumber : Hijrah Rezeki, Arafat. 2018. KMO Indonesia 

Komentar

  1. Jazakillah khairan katyiran mba..tulisannya menjadi pengingat diri ini yang masih suka mendzolimi diri sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajazakallahu khairan buu
      Makasih dah main 😁

      Hapus
  2. Subhanallah sangat bermanfaat mba tulisannya, hanya saja di poin 4 akhir, itu tulisannya belum selesai apa gimana ya,
    Kata2 meskipun bukan hanya. #penasaran 😂
    Semoga kita semua bisa semakin menghargai diri kita.

    BalasHapus
  3. Masya Allah, smoga kita smua dijauhkan dri ke 5sifat di atas ya

    BalasHapus
  4. MasyaAllah.. makasiy sharingnya mba :)

    BalasHapus
  5. wah ini sih bisa jadi bahan refleksi aku, apalagi untuk mental miskin itu semoga kita dihindarkan ya

    BalasHapus
  6. maksih mba sudah mengingatkan dengan tulisannya. semoga kita dijauhkan dari kelima hal tersebut aamiin

    BalasHapus
  7. makasih sharingnya mba. tulisannya jadi pengingat untuk diri sendiri :)

    BalasHapus
  8. Jazakillah mba tulisannya good as a reminder..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas