Coronapedia

Baiklah, virus corona (Covid-19) memang pandemi yang harus kita waspadai bersama. Kita tetap wajib antisipasi dan memutus mata rantai penyebarannya. Bersamaan dengan itu, mari kita luangkan waktu sebentar saja untuk muhasabah.

1. Corona adalah mahluk mikroskopis yang kecil sekali sampai tak kasat mata. Ukurannya hanya 120 nanometer. Namun kita menyaksikan sendiri, suatu partikel yang amat kecil ternyata mampu membuat situasi besar.

Mari mengambil pelajaran dari hal ini, bahwa mudah bagi Allah memperlihatkan sesuatu yang besar hanya dari sebab-sebab kecil. Dari sini bisa menguatkan keimanan kita tentang balasan atas amal perbuatan, meski amalan itu teramat kecil laksana zarrah (partikel debu) kita tak bisa menghindar dari perhitungannya.

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَه.

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

(Surat Al-Zalzalah: 7-8)

2. Berbulan-bulan silam, ketika corona mewabah di negeri Tiongkok, kita semua menyaksikan dari jauh bagaimana keadaan genting di sana. Namun, hal tersebut kita tahu hanya sebatas berita saja karena kenyataannya kita hidup di sini dalam keadaan aman dan sehat.

Lantas lihatlah hari ini. Keadaan genting yang dulu hanya berita kini menjadi nyata kita rasakan, dan situasi aman dan sehat sekarang justru laksana berita bagi kita.

Jangan sampai kita tidak mengambil pelajaran, karena demikianlah kemiripan yang terjadi antara alam akhirat dengan alam dunia.

Saat hidup, alam akhirat tersebut hanya sebatas berita saja karena kenyataannya kita masih ada di alam dunia hari ini.

Namun setelah kematian, alam akhirat yang dulu hanya berita, saat itu menjadi nyata kita rasakan. Adapun alam dunia justru akan menjadi laksana berita bagi kita.

3. Semenjak mengetahui sifat penularan corona, kita mulai rajin mencuci tangan, memakai masker, serta menahan kaki ini tidak sering keluar rumah.

Kesimpulannya, virus insya Allah menjauh bagi orang-orang yang selamat menjaga anggota tubuhnya meliputi tangan, kaki, dan mulut.

Bukankah dosa juga demikian? Pintu perbuatan maksiat banyak masuk kepada kita melalui anggota tubuh tersebut. Maka hendaklah kita selalu berhati-hati menjaga lisan, tangan, dan kaki agar selamat kelak di akhirat.

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Pada hari (ketika), lisan, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."

(Surat An-Nur: 24)



Sudah berapa pekan negeri kita berjuang melawan pandemi corona? Jangan bosan dalam perjuangan ini. Ingatlah ketika malam sudah begitu pekat, pada saat yang sama mentari sedang bersiap diri untuk terbit. Setidaknya musibah ini mengajarkan kita beberapa hikmah.

4. Alangkah indahnya saat kita melihat orang-orang yang saling berebut memuliakan saudaranya satu sama lain. Mereka memberi dukungan kepada para dokter, perawat dan petugas medis lainnya. Seraya mendoakan, memberi gelar sebagai pahlawan kemanusiaan.

Sebaliknya para dokter menyampaikan hormat yang tinggi kepada dermawan yang tanpa diminta rela menguras hartanya demi menyediakan perlengkapan keselamatan untuk mereka.

Belum lagi para pemilik perusahaan yang sekuat tenaga memikirkan karyawannya meski usahanya sedang terpukul. Di pihak lain para karyawan tersebut tak henti menyertakan perusahaan mereka dalam doa yang dipanjatkan. Di mana kita bisa menyaksikan kasih sayang yang demikian mempesona seperti ini?

5. Terbukti selama beberapa bulan pandemi ini menyebar ke seluruh dunia, ternyata mengembalikan planet bumi kita menjadi lebih hijau. Polusi kembali bersih, kebisingan kembali hening. Bumi menunjukkan sifat aslinya yang ramah.

Perhatikanlah bahwa musibah ini sebenarnya juga memperlihatkan karakter asli masing-masing manusia.

Orang-orang yang sabar, akan semakin tampak kesabarannya. Mereka yang ringan tangan, akan semakin jelas sifat tolong menolongnya pada sesama. Begitu pula sebaliknya orang-orang pesimis, tentu semakin banyak mengeluhnya.

Tak ketinggalan bagi para pemimpin, musibah ini menampakkan jati diri mereka yang sebenarnya. Ia yang sejak dulu sayang kepada rakyatnya, akan semakin muncul ketulusannya dalam berjuang bersama-sama rakyat.

Sedangkan ia yang sejak dahulu pandai memanipulasi dan menutupi kebenaran, akan semakin jelas terlihat ketidakjujurannya.

6. Musibah ini mau tidak mau memberi pilihan kepada kita untuk mengambil peran sebagai siapa. Pertama, ada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia tak terima jika aktivitasnya harus dibatasi, sehingga ia tetap memaksakan apa yang ingin dilakukan, meskipun hal itu menyebabkan penyebaran pandemi ini semakin tidak terkendali.

Kedua, ada orang yang mendahulukan kepentingan orang lain. Ia rela menahan diri untuk keselamatan bersama. Memang tidak mudah, tapi ia bahagia jika bisa berkorban untuk orang lain.

Ketiga, ada orang yang tumbuh untuk memikirkan negeri ini. Merekalah yang setiap malam menangis kepada Allah demi keselamatan bangsa. Mereka selalu mencari tahu apa yang bisa dilakukan untuk membantu sesama.

Sadar ataupun tidak, pandemi ini adalah musibah yang dalam waktu bersamaan juga mengajarkan kita berbagai hikmah. Semoga kita bisa mengikuti jejak Nabi Ibrahim yang pandai mengambil hikmah seperti doa beliau dalam surat Asy-Syura ayat 83,

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

(Ibrahim berdoa), "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh."

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

Sumber  : Channel Telegram :  @arafat_channel


Komentar

  1. Subhanallah tulisannya bagus banget mba,nasehatnya ngena banget di hati.untuk muhasabah diri agar lebih banyak bersyukur dan mengambil pelajaran dari segala kejadian.
    Nice sharing makasih 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita menjd orang2 yg selalu bersyukur. Aamiin...
      Maksih dah main Mbak

      Hapus
  2. Betul, karena wabah ini, terlihat mana manusia manusia yg egois dan mana yang tidak. Hal ini juga terasa di kantor saya (luar jawa) yang mana teman kantor ada yg rutinitasnya pulang ke jakarta dan masih melakukannya sampai saat ini :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, masih banyak yg masa bodo dgn keadaan yg memprihatinkan begini...

      Hapus
  3. Ma syaa Allaah... favoritku poin 2, tp poin-poin yg lain gak kalah nyentil. In syaa Allah penuh berkah dan hikmah ya mba kejadian ini.. terimakasih sharingnya 😍

    BalasHapus
  4. Maha Besar Allah, makhluk yang sangat kecil, bisa membuat Kita sebagai manusia melakukan refleksi, sepintar apa Kita menakhlukannya, sesabar apa Kita menerima ya, setergugah apa hati.kita untuk bergerak membantu.

    BalasHapus
  5. Setiap ujian pasti ada hikmahnya, nice sharing mba

    BalasHapus
  6. Bagus mba tulisannya. Jadi pingin bikin tulisan serupa

    BalasHapus
  7. Tulisannya keren mba. Dari corona sampai muhasabah diri 😊

    BalasHapus
  8. MasyaAllah.. thanks for reminder ☺️

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas