Silaturahmi Ditengah Covid-19



Sebenarnya untuk bersilaturahmi bukan hanya saat Idul Fitri saja karena memang dapat dilakukan kapanpun, namun karena banyaknya pekerjaan ataupun kesibukan lain seperti anak-anak sekolah, terikat kerjaan dan hal lainnya. Bagi anak-anak, saat liburan sekolah bisa dimanfaatkan untuk bersilaturahmi, namun para orang tua tidak banyak yang dapat ikut serta mendampingi anak-anak untuk liburan/bersilaturahmi pada kerabat yang memang berada dikampung halaman karena yang libur hanya anak sekolah, para orangtua dengan berbagai profesi tidak ikut libur. Nah, saat Idul Fitri ataupun Idul Adha, banyak pekerja yang ikutan libur seperti anak sekolahan, kalaupun tidak ada jatah libur, maka ia akan mengambil cuti dari pekerjaan saat Idul Fitri.


Qadarullah, pada Ramadhan disusul Syawal kali ini kesabaran kita diuji untuk tetap bertahan dirumah saja dengan tujuan ikut serta memutus mata rantai peredaran Covid-19, Insya Allah hal ini tercatat sebagai pahala kebaikan. Tentu saja akan ada hikmah dari semua ini, hanya saja kita belum tahu apa hikmah dibalik pandemi ini. Hikmah yang tampak langsung dari berdiam dirumah saja adalah semakin eratnya hubungan antar keluargaan, semakin kompak dalam membereskan rumah, kerjasama antar keluarga makin tercipta dan tentu saja durasi memasak bagi para Ibu semakin bertambah, anak-anakpun akan mengambil inisiatif sendiri untuk membuat cemilan bersama kakak dan adiknya. Saling memberi semangat memperbanyak amalan dan ibadah lainnya saat Ramadhan, mengatasi kejenuhan dengan bermain games seru sederhana yang jika dilakukan bersama keluarga akan memberi kesan mendalam bagi setiap keluarga.


Pada Syawal ini, salah satu bukti kecintaan kita kepada keluarga dikampung dibuktikan dengan tidak mengunjungi mereka. Ritual yang biasanya kita lakukan saat liburan Idul Fitri digantikan dengan tetap berada dirumah seperti saat Ramadhan. Sebenarnya tidak mudik/silaturahmi juga tidak menjadi masalah, karena pasti ada diantara kita yang tidak dapat jatah libur dari pekerjaan. Namun karena hal ini menjadi suatu yang dianjurkan untuk tidak dilakukan (dilarang) maka hal itu akan menjadi sangat berat. Bagi orang-orang tertentu, sesuatu yang dilarang itu biasanya sangat asik untuk dikerjakan, sayang jika terlewatkan dan diambil jalan apapun agar tetap bisa mudik seperti biasa, maka disnilah letak ujiannya, ujian sabar dan ujian pembuktian sayangnya kamu sama kerabatmu hehe

Saat lebaran 1440H kemarin, saya tidak pulang kampung karena jatah cutinya sudah terpakai pada hari yang lainnya jadi libur dua harinya hanya dipakai untuk mengunjungi saudara terdekat dengan tempat tinggal, yang tidak memakan waktu banyak diperjalanan. Karena untuk pulang kampung memakan sekitar 10 sampai 12 jam perjalanan dan bisa lebih pada kondisi Idul Fitri sangat tidak mungkin ditempuh jika jatah libur hanya 2 hari. Harapannya, liburan lebaran 1441H dapat dipakai untuk pulang kampung dengan menurangi jatah izin setiap bulannya. Menjadikan saya lebih bersemangat dan mengabaikan jatah liburan yang ada agar bisa dimanfaatkan nantinya. Bukankah kita hanya berencana, sebaik-baik rencana kita ada Ridho dan Izin dari Allah didalamnya. Maka lebaran kali ini pun tidak acara pulang kampung karena ujian kesabaran dirumah saja masih berlangsung. Alangkah dzolimnya diri ini yang berada dilingkungan imun zona merah, lantas berlenggak lenggok menuju lingkungan yang benar-benar bersih dari wabah ini. Paling tidak, sayangilah para kerabat yang ada dirumah, yang usianya beragam mulai dari yang telah renta sampai para keponakan yang masih merah karena memang ada tiga keponakan yang lahir berurutan mulai dari sebelum ramadhan, saat ramadhan dan akan ada yang menyusul saat menjelang Idul Fitri. Orang tua mereka terlihat kompak membentuk -gang apa aja- buat anak-anak mereka😃😃

Jadi, lebaran ini hanya dilewati dengan mengirimkan beberapa bingkisan buat yang dirumah. Sedih memang, apalagi ada agenda mengunjungi makam Ibunda yang akan dilewatkan (tahun lalu juga tidak)😭, tidak ada acara salam-salaman, cipika-cipikian dan bertatap muka langsung dengan Ayah dan keluarga lainnya, tidak ada masak-masak bareng untuk persiapan Idul Fitri, tidak ada makan lontong sayur bareng (Lontong Idul Fitri itu selalu beda daripada lontong hari biasa), tidak ada saling mencicipi makanan yang dibawa kerumah😃 dan lebih tidak ikut acara keliling pulau Aceh mengunjungi kerabat yang lainnya yang acara kunjungan ini jelas modus agar bisa piknik bareng.  Silaturahmi Idul Fitri kali ini dilakukan lewat video call (masih sama dengan tahun sebelumnya) hanya saja ada perbedaan tersendiri yang dirasakan, mungkin efek dari pandemi. Semua kunjungan pada kerabat off total, digantikan dengan video call, zoom dan telefon. 


Video call untuk rumah dilakukan agak siangan, setelah kira-kira rumah sepi sejenak dari para keluarga yang berkunjung, mengingat Ayah adalah anak sulung, jadi adik-adiknya akan ramai berkunjung kerumah. Sedangkan untuk para sepupuers dilakukan saat malam hari, saat kesibukan mereka dipulau seberang berkurang. Kami melakukannya dengan aplikasi zoom, dimulailah berbagai cekikikan, kealaian serta keisengan yang tidak tersalurkan pada siang harinya. Dan hanya ada saling memperlihatkan makanan yang menemani saat meeting Idul Fitri😃Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan untuk bisa menatap wajah-wajah keluarga lewat layar, berbagi tawa dan cerita lewat layar sampai lembur segala dan tidak ada habisnya hal yang diceritakan, lupa kalo temanya Idul Fitri😄😄

Semoga pandemi ini segera berakhir dan sehingga acara silaturahmi dengan keluarga dapat berjalan seperti biasa, dapat berbagi cerita dengan menatap langsung ekspresi para kerabat, yang punya bakat iseng bisa menyalurkan bakatnya langsung😅Semoga wabah ini diangkat kembali sehingga aktivitas sehari-hari kita dapat berjalan seperti biasa, dapat mengunjungi masjid, majelis ilmu, bekerja seperti biasa. Aamiin Ya Rabb...

Ampuni kami Ya Rabbana, maafkan dosa-dosa kami baik yang dengan sadar atau tidak kami lakukan. Maafkan kelalaian kami selama ini, maafkan kekhilafan kami yang memang mengabaikan dan menunda dengan dalih sibuk, kini kami merasakan tidak dapat bersilaturahmi dengan leluasa seperti hari biasa....  

Komentar

  1. Memang terasa beda ya mba..walau sebelumnya jg dgn video call, tapi pandemi ini memang membawa rasa tesendiri :"

    BalasHapus
  2. Aamiiin semoga kita ikhlas atas segala ketetapan Rabb pemilik alam

    BalasHapus
  3. Al Fatiha untuk Ibunda 😘😘
    Sama saya juga videocall dgn Zoom dan hikmahnya, silahturahim jd lebih luas dgn saudara dan sepupu yg memang tinggal di luar pulau Jawa. MasyaAllah, semua ada hikmahnya InsyaAllah 🤗

    BalasHapus
  4. Semoga Allah menjaga kita salam kesabaran....insyaaAllah

    BalasHapus
  5. Aamiin ya Rabb, mohon maaf lahir batin ya mba

    BalasHapus
  6. Aamiin....semoga dengan adanya pandemi ini bisa menguatkan rasa kasih sayang kita kepada sesama. Saling menjaga satu sama lain.

    BalasHapus
  7. Aamiiin, semoga pandemi segera diangkat dan bisa merasakan hangat dan serunya silaturahmi langsunh ya mbaa..

    BalasHapus
  8. Aamiin. Semoga kita terus memperbaiki diri ya Mba

    BalasHapus
  9. Aamiin yaa Allah..... Semoga kita tetap kuat

    BalasHapus
  10. emang dalem bangeeet berasa perbedaannya :( mohon maaf lahir & batin juga mbak 🙏💛

    BalasHapus
  11. Allahuma Aamiin. Insya Allah banyak banget hikmah yang kita dapatkan. Semangat. Peluk virtual 🤗

    BalasHapus
  12. Amiinnn,T alhamdulillah ya mba Kita Masi bisa silahturahmi virtual.. Hal kebayang kalau ini terjadi pas blm Ada internet. btw keluarga sehat2 kan mba?

    BalasHapus
  13. Aamiin yaa Rabbal Aalamiin.. Tetap bersyukur ya Mba ternyata kita masih diberi fasilitas2 utk berkomunikasi dengan keluarga.. Semoga ketika pandemi berakhir, segera dapat kesempatan utk mudik Mba..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas