Perang Jamal


 

📔 CATATAN KAJIAN KAJIAN ONLINE

"PERANG JAMAL"

Narasumber : Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc., MA."

Selasa, 08 September 2020 / Pukul  19.30 WIB/ Via Zoom

Al-Jamal maksudnya adalah Onta. Di sebut peristiwa Al-Jamal, Karena dalam perang tersebut Ummul Mukminin Aisyah radhiallah'anha ikut serta dalam peristiwa berperang, yang pada saat itu Beliau berada di atas Haudath (semacam keranda) yang diletakkan diatas Onta. Perang ini terjadi antara kaum Muslimin yang berada diseputaran Onta tersebut. Karena itulah perang saudara antara kaum Muslimin tersebut dikenal dengan "Peristiwa Perang Jamal yang terjadi pada tahun 36 Hijriah.

Adapun penyebab utama terjadinya Perang Jamal dijelaskan oleh para ulama adalah :

  • Karena terbunuhnya Sahabat Mulia Utsman Bin Affan radhiallahu'anhu yang dikenal dengan, "Dzun Nurain atau Sang Pemilik Dua Cahaya."
  • Karena Utsman bin Affan menikahi putri Nabi Shalallahu'alaihi wasallam Ruqoyah kemudian ketika Ruqoyah meninggal dunia Nabi menikahkan Utsman dengan Ummu Kultsum, kemudian Ummu Kultsum juga meninggal dunia.
  • Ketika Utsman Bin Affan menjadi Khalifah ke 3 setelah wafatnya Umar Bin Khattab radhiallahu'anhu, maka muncullah fitnah-fitnah atau isu-isu yang disebarkan bukan cuma di kota Madinah bahkan di Basrah Iraq sampai ke daerah yang jauh dari Madinah.

Sehingga muncullah orang-orang yang tidak suka dengan pemerintahan Utsman Bin Affan.

Provokasi isu-isu tersebut disebarkan oleh "Abdullah Bin Saba atau Ibnu Sauda." Ia adalah seorang Yahudi yang masuk Islam dengan tujuan ingin merusak Islam dari dalam. Maka ia berjalan kesana kemari untuk menyebarkan isu yang mengakibatkan timbulnya orang-orang yang benci dengan pemerintahan Utsman Bin Affan radhiallahu'anhu.

Akibatnya, datanglah orang-orang dari berbagai tempat minimal 2000 orang (dalam sebagian riwayat ada yang mengatakan sampai 6000 orang). Mereka ada yang datang dari Mesir, Basrah, para budak dari Arab Badui, dari berbagai macam suku. Maka berkumpullah semua semua orang-orang yang tidak suka dengan pemerintahan Utsman dan mereka protes kepada Utsman radhiallahu'anhu. Hal ini mengakibatkan Utsman disekap dalam tempat tinggalnya,  Beliau tidak bisa keluar dari rumahnya yang dikepung oleh orang-orang yang ribuan orang yang mereka menuntut Utsman agar turun dari jabatannya sebagai khalifah.

Pada saat itu Utsman sudah tahu bahwasanya dia akan dibunuh, karena Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam sudah memberi isyarat kepadanya dalam hadist-hadist, diantaranya adalah  :

* Hadist diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahih-nya:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَعِدَ أُحُدًا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ فَرَجَفَ بِهِمْ فَقَالَ اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ

"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendaki Jabal (Gunung) Uhud, diikuti oleh Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman. Lalu gunung Uhud itu bergetar, maka beliau bersabda: “Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada Nabi, Asshiddiq (orang yang jujur, maksudnya Abu Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid (maksudnya ‘Umar dan ‘Utsman),”  (HR Bukhari).

* Hadist Imam Bukhari juga meriwayatkan hadis dari Abu Musa:

"Suatu hari Nabi shalallahu'alaihi wasallam memasuki kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun.  Setelah itu datanglah seorang laki-laki meminta izin untuk memasuki kebun, Nabi lalu bersabda, “Berilah dia izin dan beritakan padanya, dia adalah ahli surga.”

Ketika pintu dibuka, laki-laki tersebut adalah Abu Bakar.

Kemudian datang lagi laki-laki lain meminta izin untuk masuk, Nabi bersabda, “Berilah dia izin, dan beritakan padanya bahwa ia adalah ahli surga.” Ketika pintu dibuka, laki-laki tersebut adalah Umar. Lalu datang lagi laki-laki lain minta izin masuk, Nabi lalu terdiam sejenak dan bersabda, “Berilah dia izin dan beritakan bahwa dia adalah ahli surga atas musibah yang menimpanya.” Ketika dibuka, laki-laki tersebut adalah Usman bin Affan."

 

Oleh karenanya ketika mereka akan membunuh Utsman bin Affan, beliau tidak melepaskan kekhalifannya, karena tidak ingin menjadi sunnah yang buruk. Maka Utsman bin Affan bertahan karena beliau telah mengetahui jika kekhalifahan ditanggalkan maka belia akan di bunuh, dan bila beliau tetap bertahan dengan kekhalifahannya juga akan dibunuh.

Peristiwa terbunuhnya Utsman bin Affan terjadi pada, hari Jum'at tanggal 18 Dzulhijjah 35 Hijriah (saat bulan Haji) sehingga banyak para sahabat yang sedang melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, diantara yang pergi haji adalah istri-istri Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam,  sebagian sahabat juga ada yang tinggal di Basrah, Kuffah dan merantau di tempat yang berbeda-beda. Saat terjadi pengepungan (minimal 2000 orang, maksimal 6000 orang), mengepung Utsman bin Affan dari berbagai kabilah. Kemudian para sahabat mengirim anak-anak mereka yang siap membela Utsman bin Affan, diantaranya ada Ibnu Umar, Al-Hasan bin Ali, Al-Husein bin Ali. Akan tetapi Utsman bin Affan menolak dan mengatakan "siapa yang masih mau taat kepadaku maka pulanglah, tidak usah membelaku." Hal ini karena Utsman tidak ingin ada pertumpahan darah, melihat yang membela Utsman hanya sekitar 700 an, sementara lawan mereka berjumlah ribuan.

Karena Utsman bin Affan tidak menuruti permintaan para pemberontak, maka mereka masuk kedalam rumah Utsman bin Affan, mereka melarang Utsman bin Affan menggunakan air untuk sholat, (padahal ini adalah menantu Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, Beliau adalah Dzun Nurain, lelaki yang pernah dijamin masuk Surga oleh Shalallahu'alaihi wasallam). Akhirnya orang-orang yang masuk kedalam rumah  membunuh Utsman bin Affan saat itu beliau sedang membaca Al-Quran sehingga Mushaf di tangan beliau terkena percikan darah. Maka wafatlah Utsman radhiallahu'anhu pada tahun 35 Hijriah.  

Dan disebutkan bahwasanya para pemberontak yang membunuh Utsman, tewasnya mereka dalam kondisi tragis.

Kabar wafatnya Utsman bin Affan membuat hati para sahabat penuh dengan kesedihan. Maka orang-orangpun datang kepada Ali Bin Abi Thalib untuk mengangkatnya sebagai Khalifah. Awalnya Ali Bin Abi Thalib tidak mau menjadi Khalifah. Akan tetapi dia dipaksa oleh para sahabat karena dia adalah orang terbaik setelah Utsman Bin Affan.

Sampai-sampai ada hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam shahihnya dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Ketika mereka meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah setelah Utsman. Maka Ali berkata : "Ali bercerita, sungguh terbang akalku ketika hari terbunuhnya Utsman bin Affan, aku merasa jiwaku berubah, sangat sedih, orang-orangpun datang kepadaku untuk membaiatku. Demi Allah aku malu kepada Allah, aku membaiat kau yang mereka telah bunuh (orang-orang yang membaiat kepada Ali adalah orang-orang yang membunuh Utsman), yang Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda tentang lelaki tersebut, "tidakkan aku malu dengan seseorang yang malaikat malu dengannya," yaitu Utsman (Malaikat malu kepada Utsman). Bagaimana aku menerima di baiat sementara Utsman terbunuh dan belum dikuburkan, lalu orang-orang pergi."

Ketika Utsman bin Affan sudah dimakamkan, orang-orang kembali mendatangi Ali bin Abi Thalib dan meminta untuk membaiat Ali bin Abi Thalib, maka Ia berkata : "Ya Allah sungguh aku khawatir yang dengan apa yang aku berjalan menujunya.."

Akhirnya Ali pun di baiat. Setelah Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah, tentu permasalahan utamanya adalah bagaimana menangkapi para pembunuh Utsman Bin Affan.  Ali radhiallahu'anhu tidak mampu untuk menangkapi mereka karena jumlah mereka sangat banyak, (minimal 2000 maksimal 6000 dan itu campuran dari berbagai macam suku dan daerah). Jika Ali menangkap pembunuhnya maka akan terjadi pertempuran yang luar biasa dan kemungkinan mereka akan membangkang lagi kepada Ali bin Abi Thalib.

Maka Ali bin Abi Thalib punya siasat dalam menghadapi kondisi ini adalah dengan "Menjadikan kondisi stabil terlebih dahulu sebelum para pembunuh diciduki satu-persatu." Akan tetapi sebagian sahabat ingin agar pembunuh Utsman bin Affan segera ditangkap. Hal ini mengakibatkan ada para sahabat yang setuju dengan pendapat Ali bin Abi Thalib dan ada pula sahabat yang merasa bahwa perkara ini harus segera diselesaikan, pembunuh harus segera ditangkap.

Setelah kekhalifahan Ali bin Abi Thalib berjalan 4 bulan dan Ali Bin Abi Thalib tidak bisa melakukan tindakan apapun terhadap pembunuh Utsman bin Affan. sehingga pada saat itu fitnah yang luar biasa terjadi di kota Madinah. 

Melihat kondisi yang tidak ada perubahan disebutkan oleh sebagian riwayat, Ali bin Abi Thalib berusaha memulangkan sebagian dari mereka. Mereka ada yang berasal dari Arab Badui, budak-budak yang bercampur di kota Madinah. Maka Ali Bin Abi Thalib mengatakan, Orang-orang Arab Badui hendaknya pulang kekampung halaman mereka. Dan para budak hendaknya kembali ke tuan-tuan mereka. Akan tetapi perkataan Ali bin Abi Thalib tidak didengar oleh mereka ketika itu.

Jangankan membunuh Utsman Bin Affan yang merupakan khalifah sekaligus menantu Rosulullah,  membunuh satu orang saja harus ditegakkan hukum Had, tentu harus segera ditegakkan hukum Had hukum Qisos. Tetapi menurut Ali Bin Abi Thalib hal ini tidak memungkinkan.

Setelah 4 bulan tidak terjadi apa-apa, akhirnya Thalhah Bin Ubaidillah dan Zubair Bin Awwam minta ijin kepada Ali Bin Abi Thalib untuk pergi ke Mekkah. Dalam sebagian riwayat di sebutkan bahwasanya Thalhah dan Zubair Bin Awwam menyampaikan pendapatnya. "Ya Ali bagaimana kalau satu orang diantara kalian pergi ke Basrah membawa pasukan, satu orang dari kami pergi ke Kuffah membawa satu pasukan datang ke Madinah untuk menangkapi orang-orang tersebut."

Tapi Ali tidak memberi jawaban karena menganggap hal itu berbahaya. Tatkala Ali tidak memberi keputusan akhirnya merekapun pergi ke Mekkah berharap bisa menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lain. Maka mereka pergi kepada Istri-istri Nabi, diantaranya ummul Mukminin Aisyah radhiallahu'anha dan Hafsah radhiallahu'anha. Mereka menyampaikan akan bersatu dibawah nasihat Aisyah radhiallahu'anha. Sehingga pasukan akan banyak dan kalau pasukan sudah banyak datang ke kota Madinnah maka pembunuh Utsman Bin Affan bisa tertangkap. Dan sesungguhnya Aisyah radhiallahu'anha sangat sedih dengan kematian Utsman Bin Affan.

Umar berkata : "Kalau ada satu orang terbunuh maka diqisos seluruhnya, yang konspirasi untuk membunuh 1 orang saja." Meskipun satu penduduk kota Madinah seluruhnya berkonspirasi untuk membunuh 1 orang maka seluruhnya harus diqisos. 

Apalagi yang dibunuh adalah Utsman Bin Affan yang merupakan sahabat Nabi (terlalu banyak pujian Nabi kepada beliau), beliau merupakan menantu Nabi, beliau di bunuh di Tanah Haram (tidak boleh membunuh di Tanah itu), beliau di bunuh di bulan Haram (bulan Dzulhijjah), mereka tidak menghargai bahwa mereka bertetangga dengan Kota Nabi Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Akhirnya mereka membuat Aisyah radhiallahu'anha ingin segera menangkap para pembunuh Utsman bin Affan.

Idenya baik, bahwasanya Aisyah radhiallah'anha di bawa oleh Thalhah dan Zubair Bin Awwam untuk membawa pasukan berangkat ke Madinnah guna menangkap penduduk kota Madinah tersebut. Dan ide ini disetujui oleh Aisyah Radhiallahu'anha.

Namun ternyata ditengah pembicaraan mereka diskusi akhirnya sebagian mereka mengatakan bagaimana kalau kita ke Basrah terlebih dahulu untuk menangkap pembunuh yang ada disana karena pembunuh Utsman bin Affan lari Basrah, setelah dari Basrah akan ke Madinah.  Maka berangkatlah Aisyah bersama Thalhah Bin Ubaidillah dan Zubair Bin Awwam menuju ke Basrah. Ketika mereka akan memasuki Basrah, maka pemimpin Basrah tidak mengijinkan mereka untuk masuk ke Basrah, sehingga terjadi diskusi yang akhirnya mereka sepakat untuk menunggu kedatangan Ali Bin Abi Thalib dari kota Madinah menuju ke Basrah.

Berangkatlah Ali Bin Abi Thalib ke Basrah dengan jumlah pasukannya yang ribuan (ada yang mengatakan belasan ribu, ada yang mengatakan dua puluh ribuan). Saat itu terjadilah diskusi antar kelompok Ali Bin Abi Thalib dengan kelompok Aisyah radhiallahu'anha. Pada saat Ali bin Abi Tholib sudah berada disuatu tempat yang bernama Dzikor (dekat dengan Basrah) maka memanggil utusannya yang bernama "Al-Qoqo bin Amr, untuk menemui Zubair Bin Awwam dan Thalhah Bin Ubaidillah.

Ali Bin Abi Thalib berkata, "Temuilah kedua orang ini (Thalhah dan Zubair), serulah kepada mereka pada persatuan dan kesatuan, dan jelaskan tentang bahayanya perpecahan diantara kaum Muslimin. Semua niat baik, untuk menyatukan kaum muslimin. Aisyahpun keluar, beliau awalnya ragu, Tapi Zubair bin Awwam, Abdullah Bin Zubair yang merupakan keponakan menasehati beliau agar keluar dalam rangka untuk Islah.

Firman dalam Surat An-Nisa' Ayat 114

۞ لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. [QS.An-Nisaa : 114]

Inilah tujuan Ibunda Aisyah dan dia menyangka bahwa dengan keluarnya dia akan terjadi perdamaian, karena orang-orang segan dengan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu'anha istri Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, tidak ada sama sekali tujuan mereka untuk berperang.

Bahwasanya ketika Ali diangkat menjadi Khalifah, Thalhah dan Zubair juga membaiat Ali, semua sahabat di kota Madinnah membaiat Ali.

Syiah mengatakan bahwa Thalhah dan Zubair tidak setuju Ali diangkat menjadi Khalifah, dan mereka membuat banyak tuduhan kepada Thalhah dan Zubair (keduanya adalah 10 sahabat yang di jamin masuk Surga oleh Allah).

Padahal tidak demikian.

Tujuan baik mereka adalah menangkap para pembunuh Utsman dan mereka meminta bantuan Aisyah radhiallahu'anha karena mereka berijtihad mereka melihat Ali selama 4 bulan tidak melakukan apa-apa, susah untuk diharapkan, sehingga mereka mencari cara yang lain.

Disebut dalam satu hadist riwayat Al-Imam Ahmad dalam Mustadnya dan Al-Hakim dalam mustadrotnya :  "Ketika Aisyah berjalan menuju Bashrah bersama para pasukan ribuan jumlahnya, Tatkala Aisyah sampai disuatu sumber Air Bani Amir dimalam hari. Tiba-tiba beliau mendengar suara gonggongan Anjing, maka Aisyah bertanya ini sumber mata air kampung mana ini?" Ini adalah sumber mata air "Al Hauab", Aisyah berkata : "aku harus kembali, tidak jadi ke Basrah, aku ingin pulang."

Kenapa Aisyah ingin pulang,?

Kata Aisyah,"Nabi pernah berkata ketika melewati Al-Hauab ada anjing menggong-gonggong,

"Bagaimana kondisi salah seorang dari kalian istri-istri ku?"

Aisyah menyangka jangan-jangan saya, maka Aisyah ingin pulang, khawatir yang di maksud oleh Nabi adalah dirinya.

Kemudian Zubair Bin Awwam menasehatinya, "Kau ingin pulang wahai Ibunda.? Semoga dengan keluarmu ini Allah aian mendamaikan diantara manusia."

Itu tujuan mereka tidak ada perkataan lain. 

Maka akhirnya Aisyah melanjutkan perjalanan.

Sama sekali bukan karena membenci Ali, bukan karena ingin melepaskan diri dari Baiat, tapi tujuannya adalah utk Ishlah.

Hafsah radhiallahu'anha ketika ingin keluar maka dinasehati oleh Ibnu Umar. "Jangan kakakku wahai Hafsah. Ini zaman fitnah, tinggallah di rumah."

Akhirnya Aisyah radhiallahu'anha berjalan sendiri.

Disebutkan setelah terjadi peperangan dan banyak yang meninggal akhirnya Aisyah menyesal dan beliau  bertanya kepada Ibnu Umar,  "Kenapa kau tidak tegur aku?Ibnu Umar berkata "Aku melihat kau telah dikuasai oleh lelaki, maksudnya lebih mendengar  Zubair Bin Awwam dan Thalhah Bin Ubaidillah."  Sehingga Ibnu Umar tidak sempat menasehati Aisyah radhiallahu'anha. Aisyah, berkata "Seandainya kau menasehati aku maka aku tidak akan keluar."  Intinya apa yang Allah tetapkan di Lauhul Mahfuz akan terjadi. Ketika Akhirnya Aisyah jadi berangkat ke Basrah.

Ali mengutus Al-Qoqo Bin Amr menuju kepada Thalhah dan Zubair. Al-Qoqo pertama kali datang dia menuju Aisyah radhiallahu'anha, kemudian berkata, "Wahai Ibunda apa yang membuat engkau dating kenegeri ini.?" Aisyah menjawab, "Wahai putraku, aku ingin mendamaikan diantara kaum Muslimin" Al-Qoqo, berkata "Wahai ibunda panggilkan Thalhah dan Zubair agar kita diskusi disini agar kau dengar perkataanku dan kau juga dengar perkataan mereka berdua."

Akhirnya Aisyah radhiallahu'anha memanggil Thalhah dan Zubair. Ketika mereka sudah hadir. Al-Qoqo bin Amr berkata, "Aku bertanya kepada Ummul Mukminin apa yang membuat anda datang kenegri ini? Ibunda berkata untuk mendamaikan kaum muslimin, kalau begitu apa yang kalian katakan wahai Thalhah dan Zubair. Apa kalian berdua setuju dengan tujuan dari Ibunda Ummul Mukmini Aisyah, atau kalian menyelisihi tujuan Aisyah radhiallahu'anha?” Mereka menjawab, "Kami berdua setuju dengan tujuan Aisyah." Al-Qoqo bin Amr kembali berkata "Wahai kalian berdua, kabarkan Ishlah apa yang kalian kehendaki, jelaskan kepada ku. Demi Allah kalau kita tau itu kebaikan kami akan ikut, kalau menurut kami tujuan kalian tidak baik kami tisak akan ikut." Mereka menjawab, "Kami ingin Ishlah yang kami harapkan adalah para pembunuh Utsaman ditegakkan Qisos, karena kalau ini tidak dikerjakan maka seakan-akan kita tidak mengerjakan ayat Al-Quran."

Maka Al-Qoqo bin Amr kembali menemui Ali Bin Abi Thalib, kemudian dia melaporkan apa diskusi yang telah terjadi antara mereka. Al-Qoqo bin Amr menjelaskan, "Bahwasanya Ali Bin Abi Thalib punya cara sendiri untuk Ishlah, caranya yaitu : sampai dalam kondisi stabil baru kemudian ditangkaplah satu persatu orang tersebut." Inilah yang diinginkan oleh Ali Bin Abi Thalib.

Ketika Ali tau kondisi keduanya, maka tenanglah kondisi mereka seluruhnya.

Ali Bin Abi Thalib mengabarkan kepada pasukannya bahwasanya mereka akan pulang, demikian juga pasukan Ibunda  Aisyah, Thalhah dan Zubair. Semua urusan telah selesai mereka sudah berdamai dan mereka sepakat bahwa akan menangkap tangkap pembunuh Utsman Bin Affan.

Kemudian Ali berkhotbah di depan pasukannya setelah dia memuji Allah dia menyebut bagaimana buruknya kondisi jahiliyah, bagaimana tentang Islam, bagaimana nikmat Islam, bagaimana kebahagiaan,  bagaimana anugrah yang Allah berikan kepada umat ini dengan adanya persatuan, dengan adanya khalifah meninggalnya Rasulullah, yaitu Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman, dengan kisah-kisah yang terjadi yang menyedihkan, kemudian akan datang satu kaum yang mereka mencari dunia dan mereka hasad serta mereka ingin umat islam yang sudah jaya ini kembali kebelakang, dan bahwa Allah akan memutuskan perkaranya dan Allah akan melakukan apa yang Allah kehendaki.

Diakhir khotbah tersebut Ali berkata, " Wahai pasukanku Besok aku pulang, maka pulanglah bersamaku. Namun ketahuilah siapapun yang ikut membantu dalam pembunuhan Utsman jangan ikut pulang bersamaku."

Perkara ini membuat gelisah para pembunuh Utsman bin Affan, karena mereka yakin dikemudian hari mereka akan tertangkap dan dibunuh. Para pembunuh Utsman bin Affan yang ikut serta dalam pasukan Ali bin Abi Thalib. Diantaranya adalah : Abdullah Bin Saba / Ibnu Sauda, Syuraik Bin aufa, Salim Bin Sa'labah. Para pemimpin provokator yang ada dalam pasukan tersebut, jumlah mereka sekitar 2.500.

Akhirnya mereka (pasukan pembunuh) berdiskusi, lalu mereka memberikan satu ide, sebagian pasukan tetap tinggal, sebagian lainnya ikut pasukan Ali, sebagian lagi ikut pasukan Aisyah. Dan menjelang subuh maka mereka saling menyerang. Inilah rencana mereka.

Malam itu semua pasukan tidur dengan tenang, perdamaian telah terjadi, kubu Aisyah dan Kubu Ali telah sepakat bahwa tujuan mereka Ishlah, tidak ada niat berbicara tentang khalifah, tidak ada niat saling membunuh, semuanya menghindari itu.

Kemudian menjelang subuh,  Abdullah bin Saba beserta pasukannya (yang membunuh Utsman bin Affan) datang tiba-tiba. Mereka menyerang pasukan Aisyah, pasukan Aisyah menyangka bahwa pasukan Ali berkhianat. Dan mereka (pasukan Abdullan bin Saba) juga membuat kegaduhan dipasukan Ali Bin Abi Thalib, sehingga pasukan Ali Bin Abi Thalib menyangka bahwa pasukannya Thalhah telah berkhianat. Sehingga terjadilah pertikaian, terjadilah peperangan, terjadilah fitnah. Diluar dugaan, mereka tidak ingin terjadi perdamaian, menginginkan peperangan.

Diantaranya akhirnya yang meninggal adalah :

Zubair Bin Awwam, beliau pergi meninggalkan lokasi tidak ingin ikut peperangan, turunlah beliau pada suatu lembah, kemudian beliau diikuti oleh seorang pasukan dari Ali Bin Abi Thalib bernama "Amr Bin Jumruz" yang kemudian membunuh Zubair Bin Awwam. Dengan gembira dia membawa pedang  Zubair kepada Ali Bin Abi Thalib.

Ali Bin Abi Thalib berkata, "Berilah kabar kepada pembunuh Zubair Bin Awwam bahwa dia akan masuk neraka. Ketahuilah bahwasanya betapa sering pedang ini menghilangkan kesulitan yang dihadapi oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam."

Nabi pernah berkata tentang Zubair Bin Awwam, "Setiap Nabi punya penolong dan penolong khususku adalah Zubair Bin Awwam."

Thalhah Bin Ubaidillah, Beliau juga terbunuh, dia tidak ikut peperangan tapi ingin menghentikan peperangan tapi tidak berhasil, akhirnya ada panah yang mengenainya, akhirnya beliau meninggal.

 

Ketika Ali Bin Abi Thalib mendapati mayat Thalhah Bin Ubaidillah, maka diapun menghilangkan tanah yang ada di wajah Thalhah. Kemudian dia berkata, "Semoga Rahmat Allah kepadamu wahai Thalhah Bin Ubaidillah, sungguh menyedihkan bagiku, aku melihat engkau terbunuh dibawah kolong langit, dibawah bintang-bintang. Sungguh aku mengadukan kesedihanku kepada Allah Subhanahu wa Ta'alaa, Demi Allah aku beranganangan seandainya aku 20 tahun lalu aku sudah meninggal dunia."

Peristiwa  ini disesalkan oleh semua sahabat. Bukan karena masalah menang atau kalah, tetapi perkara yang di provokasikan oleh para penjahat, Abdullah Bin Saba dan kawan-kawannya. Sehingga kondisi keduanya sangat menyedihkan, baik pihak Aisyah maupun pihak Ali Bin Abi Thalib.

Ketika perang semakin membara, orang-orang berteriak kepada Ibunda Aisyah radhiallahu'anha. "Wahai Ibunda selamatkan Umat, keluarlah engkau, maka Aisyah keluar dengan ontanya diatas Haudatnya untuk menghentikan perang."

Maka Aisyah berkata, "Wahai putra-putraku ingatlah hari perhitungan, ingatlah hari perhitungan."

Namun orang-orang tidak ada yang perduli, perang sudah sangat ramai. Para penjahat yang melihat Aisyah keluar dengan Ontanya mereka khawatir perang akan berhenti, maka mereka mulailah memanah Haudathnya Aisyah dan Aisyah berusaha menghindar. Sebagian para pasukan berusaha menyelamatkan Aisyah, berusaha memegang tali Ontanya Aisyah untuk menyelamatkan Aisyah, pasukan ini akhirnya meninggal (sekitar 70 orang). Setiap orang yang mendekati Onta Aisyah meninggal dunia dalam membela istri Nabi Shalallahu'alaihi wasallam. Sementara Aisyah terus mengingatkan mereka tapi mereka tidak perduli.

Akhirnya Aisyah mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Ya Allah laknatlah para pembunuh Utsman,"

Sampailah berita ini kepada Ali Bin Abi Thalib bahwasanya Aisyah berdoa.

Kemudian ada salah seorang yang memotong kaki-kaki Onta, karena kalau Onta ini masih berdiri maka perang tidak akan selesai. Maka Onta itupun jatuh dan Ali Bin Abi Thalib memerintahkan agar mengambil keranda Aisyah untuk diselamatkan, selesailah perang.

Sangat banyak pasukan yang meninggal dunia. Hal ini tentu saja sangat menyedihkan dan akhirnya setelah itu Ali Bin Abi Thalib begitu menghormati Aisyah radhiallah'anha, kemudian Ali menyiapkan  tunggangan terbaik bagi Aisyah radhiallahu'anha, menyiapkan barang-barang yang diperlukan, ditemani oleh 40 wanita, ditemani oleh saudaranya Muhammad Bin Abi Bakr.

Ketika Aisyah akan meninggalkan seluruh pasukan maka Beliau berkata, "Wahai putra-putraku, janganlah sebagian kita mencela sebagian yang lainnya, sesungguhnya demi Allah apa yang terjadi antara aku dengan Ali, hanyalah seperti seorang wanita dengan saudara-saudara suaminya."

Kemudian Ali berkata, "Sungguh benar demi Allah tidak ada yang terjadi antara aku dengan Ibunda Aisyah kecuali itu saja."

Pasukan Ali melepas rombongan Aisyah radhiallahu'anha dengan penuh kehormatan, kemudian selesai peperangan Al-Jamal. Apapun yang terjadi Allah telah takdirkan itu semua, ujian bagi Ibunda kita Aisyah radhiallahu'anha.

Namun diingatkan bahwasanya kisah yang disampaikan singkat ini, ternyata banyak dimanfaatkan oleh sebagian kelompok-kelompok yang sesat seperti Syiah Rofidho yang mengambil berita-berita dusta, untuk mencaci maki Zubair, Thalhah, Aisyah radhiallahu'anha, dan itu adalah kedustaan, karena mereka tidak suka dengan para sahabat Rasulullah sahalallahu'alaihi wasallam. Hendaklah kita mengambil cerita dari Hadist-hadist yang shahih. Sesungguhnya apa yang terjadi antara mereka adalah Fitnah dan kesalah fahaman. Dan berakhir dengan kebaikan. Ali bin Abi Tholib menyesali apa yang terjadi, demikian juga dengan Ibunda Aisyah radhiallahu'anha. Ali bin Abi Tholib mendoakan para sahabat yang meninggal dalam peristiwa itu dan melepaskan kepergian Aisyah dengan penuh kehormatan. Apa yang telah terjadi hanyalah fitnah dan ujian yang menimpa para sabahat radhiallahu'anhum ajmain.

Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

____________

Demikianlah catatan kajian yang dapat dirangkum, adapun kesalahan penulisan tentu berasal dari penulis. Silahkan sahabat fillah menyampaikan jika ada kekeliruan dalam penulisan catatan kajian kali ini.


Komentar

  1. Runut sekali kisahnya mbak, Aku ga pernah bosan membaca tentang shiroh, perang Jamal sudah dengar berulang kali via yt, pas membaca kisah ini jadi semakin nempel tentang nama orang-orang yang terlibat dan terbunuh, InsyaAllah jadi pahala jariyah ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Rabb...
      Kita harus benar-benar belajar siroh lagi ya Mbak, biar ga salah paham karena begitu banyak cara "orang-orang" yang membenci para Sahabat yang membuat kita ga tahu, ga paham, dan lupa...
      jazakillah dah mampir Mbaa

      Hapus
  2. aku baca ini jadi merenung, sungguh kurang pengetahuan mengenai Perang JAmal ini. terimakasih sudah diceritakan dengan sistematis di sini. saya taunya Khalifah Usman dibunuh, tapi nama perang ga tau..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga taunya Khalifah Utsman Bin Affan terbunuh dalam kisah Perang Jamal ini Mbak. Butuh waktu lama menuliskan kembali hingga dapatnya begini wkwk
      mohon maaf bila ada yang salah tulis, jazakillah khairan udah mampir :)

      Hapus
  3. mashaAllah bertambah lagi cerita tentang shiroh.. Makasih mba..

    BalasHapus
  4. Kayaknya aku harus banyak cari tau tetang cerita sejarah islam gini deh, makasih sharingnya mba :)

    BalasHapus
  5. Masya Allah... lengkap sekali ceritanya. Saya belajar banyak dengan membaca tulisan ini. Terima kasih, mba 😘

    BalasHapus
  6. Dulu pas tau kisah ini, aku heran mba. Gimana bisa Ibunda Aisyah dan Ali bin Abi Thalib saling berperang. Dan sekarang, aku jadi tau kisah lengkapnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, bener Mbak. tau cerita Khalifah dibunuh, tau ada perang antara Ibunda Aisyah dengan Ali Bin Abi Thalib, tapi tidak tau yang melatar belakangi perangnya apa...

      Hapus
  7. Masya Allah. Kalau belajar dan mengkaji sirah dakwah rasul saat peperangan, ada ilmu dan hikmah luar biasa. Ditunggu kajian selanjutnya ya

    BalasHapus
  8. Ustadzah..... makasih dah mampir. masih butuh banyak belajar dan menuliskan kembali wkwkw
    mohon bimbingannya terus...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas