Kebahagiaan Yang Terjual

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh sahabat blogger yang Insya Allah di rahmati Allah. Teriring do’a, semoga sahabat selalu berada dalam kebaikan, ditetapkan dalam iman dan islam, dijauhkan dari terpaparnya wabah, Aamiin Ya Rabbana... dan semoga kita di izinkan-Nya bertemu ramadhan, pandemi segera berlalu. Aamiin Ya Rabbana...

Nah, kalau biasanya nulis siroh, kali ini nulis yang -sekedar nulis- dulu ya, sirohnya terkendala di kajian yang ber part-part gitu hehe

Saya coba mulai -sekedar nulisnya- ya... 

Bismillahirrahmanirrahim....

Kalau dibilang, kita hidup untuk kebahagiaan kita sendiri. Teman-teman setuju ga sih? Pastinya setuju dong ya. Baik, kalaupun ada yang tidak, dengan sedikit memaksa kita fokus pada jawaban “Iya” saja ya hehehe 

Nah, kalu kita setuju bahwa hidup kita adalah untuk kebahagiaan kita sendiri kenapa kita banyak bermalas diri? Berleha-leha untuk meraih kebahagiaan yang benar-benar untuk kita sendiri.

Terus, kalau kita tidak setuju hidup untuk kebahagiaan kita sendiri, gimana dong? Bukankah jika kita memberi kita akan mendapatkan? Jika kita menanam maka kita akan memetik hasilnya. Nyambung ga sih?

Kalau kita setuju bahwa hidup kita adalah untuk kebahagiaan diri kita sendiri, kenapa tidak mengawali hari dengan membahagiakan orang terdekat kita, yang berada disekitar kita, keluarga inti kita. Bukankah jika mereka bahagia maka kita akan ikut bahagia melihat kebahagiaan mereka? Terkadang pilihan kita begitu membuka mata, meraih gadget dan tenggelam didalamnya hingga tersadar ada waktu yang terbuang percuma untuk orang sekitar kita.  


Kemudian lagi, saat merasa bahagia karena memperoleh sesuatu, berada disuatu tempat, kita malah lebih mengutamakan cekrek, share files via ; stories, whatsapp, feed, twitter, etc segala applikasi yang terinstal di gedget kita menawarkan beragam pilihannya. Ingin bahagia dengan ❤👍 yang diberikan? Apakah kita bahagia? Bahagia kita sebatas layar datar itu kah? Bukan maksud mencolek para sahabat yang instagramable, youtuber, fecebooker dan ble-ble lainnya. Hanya saja jika kebahagiaan kita sebatas layar datar dan orang terdekat kita tidak merasa bahagia dengan keberadaan kita apakah itu bahagia? Kita saling tertawa hahaha-hihihi-ahahaha-wkwkwk-buahahaha-wakawaka (Yang kalau aslinya disuruh baca, [asti bingung mempraktekkan gimana suara yang ditimbulkan tawa ini) dan berbagai jenis tawa lainnya yang beragam bertebaran dalam chat-chat kita bersama teman-teman dunia maya yang jauh dimata dekat di gedget. Mengabaikan yang terdekat dengan kita, tidak berbagi kebahagiaan dan tawa dengan orang terdekat kita padahal dengan melihat bahagianya mereka akan menularkan kebahagiaan kepada kita. Bukankah bahagia bersama itu lebih baik? jadi, kita membeli gadget dengan berbagai type, merk dan ukuran untuk ‘sekedar’ memberitahu pada dunia bahwa kita bahagia? Terus, kapan kita membagi bahagia pada sekitar? Kapan kita membahagiakan sekitar agar kita ikut bahagia?

Teringat suatu kalimat bahwa handphone mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Entah siapa yang mengatakan dan entah terbaca atau terdengar dimana. Tapi kalimat ini benar adanya. Tidak purlu ditunjukkan dimana, cukup lihat keseharian kita dari bangun tidur sampai menjelang tidur. Maka kiebenaran akan terungkap disana.

Karena itu juga, teringat kata seorang ustadz sekaligus penulis favorit saya, beliau berkata “jangan jual kebahagiaanmu lewat medsosmu”hal ini benar bukan? Kita bekerja dan mendapatkan gaji hingga kita bahagia bisa membeli gadget keluaran terbaru yang sedang sale di OLS, namun kita salah menempatkannya hingga ditempat kita berdiri kita tidak bahagia, kita malah bahagia dalam layar datar ituuu. 

Untuk yang pernah, dan sedang salah, mari, kita berbenah untuk meraih kebahagiaan kita...

Komentar

  1. Like cuma kesenangan sesaat aja, tapi bingung juga si senangnya kenapa. Makasih buat tulisannya ya mba. Aku kadang juga suka lupa kalau udah main sama gadget :")

    BalasHapus
  2. Nah terkadang medsos ini juga menyambung silaturahmi yang jauh-jauh PA lagi sekarang ini musim jarang keluar rumah mainnya medsos, wkwk (eh ini Beneran aku ketawa loh Mba) 😬
    Jadi medsos seperti pisau bermata dua juga, tergantung gimana kita menggunakannya,bisa bikin bahagia atau malah insecure. yang penting harus bijak.

    BalasHapus
  3. Nikmati setiap waktu yang kita miliki dengan orang-orang yang kita sayangi, karena kita ga tau sampe kapan kita akan terus bersama mereka

    BalasHapus
  4. Masalah gadget ini emg terkadang bkin lupa waktu dan addict bgt. Smofa bsa memanfaatkannya dgn bijak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas