Begitulah Manusia

 BEGITULAH MANUSIA

Ust Arafat

Ulama yang satu ini adalah permata berharga di Masjidil Haram. Sejak usia 20 tahun beliau sudah mengajar di masjid yang mulia tersebut hingga wafatnya pada usia 62, tepatnya pada tahun 1971. Beliau adalah Al-Allamah As-Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki. 


Tentu saja banyak kisah-kisah besar yang berkaitan dengan ilmunya, namun kali ini kita akan membaca sebuah cerita kecil tentang kesehariannya. Karena terkadang kita berada dalam posisi yang sama, maka sekali-sekali kita perlu tahu bagaimana sikap seorang alim bila berhadapan dengan posisi tersebut. 


Semua bermula ketika As-Sayyid Alwi mengajak putranya, As-Sayyid Muhammad, menuju rumah seorang jutawan di Jeddah. Kunjungan tersebut sebenarnya dalam rangka membantu seorang sahabat dari Yaman yang kebetulan memiliki bidang serupa dengan sang jutawan.


Namun ketika beliau tiba di sana, tuan rumah yang kaya raya itu menyambutnya dengan dingin. Sikapnya kaku, air mukanya menunjukkan seolah-olah ia tidak senang dengan kedatangan ulama besar tersebut. Bahkan secara tersirat arah pembicaraannya seolah mengusir tamunya yang terhormat itu.


As-Sayyid Alwi pun bergegas pamit sebelum mengutarakan maksudnya. Pada perjalanan pulang, putranya melayangkan protes kepada beliau mengapa diam saja melihat perbuatan kurang adab dari orang Jeddah tadi. Namun jawabannya berulang kali adalah, "Saya yang salah."


Singkat cerita. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, As-Sayyid Alwi mengajak putranya kembali untuk mengunjungi orang yang sama. Meski sebenarnya heran, namun As-Sayyid Muhammad menuruti saja kehendak beliau.


Keanehan pun terjadi, kali ini tuan rumah yang kaya raya itu menyambutnya dengan hangat. Sikapnya bersahaja, air mukanya menunjukkan seolah-olah ia senang sekali kedatangan ulama besar tersebut. Bahkan ketika As-Sayyid Alwi mengutarakan maksudnya, ia langsung bersedia membantu tanpa pikir panjang.


Demi menyaksikan hal itu, putranya bertanya apa gerangan yang terjadi? Pada perjalanan pulang beliau pun menjelaskan.


"Begitulah manusia. Mungkin kemarin kita datang pada waktu yang kurang tepat, namun sekarang justru waktunya tepat sekali. Atau mungkin juga kemarin ia sedang banyak pikiran, tetapi sekarang semua penat pikirannya sudah pergi."


Inilah sebuah pelajaran kehidupan yang sangat bagus, bahwa hati manusia itu kadang berubah tergantung apa yang sedang ia alami. Kita tidak boleh menilai seseorang secara keseluruhan hanya dari satu peristiwa saja. Ingat, satu tidak bisa mewakili seluruhnya.


Jika suatu hari ada seorang tetangga kita yang tampak menyebalkan, maka cukup kita maklumi boleh jadi hari itu adalah hari yang kurang tepat bagi kita untuk berpapasan dengannya.


Saat ada seorang kawan yang berubah menjadi menjengkelkan, maka tak perlu kesal. Karena kita sudah mengetahui ilmunya, bahwa apa yang terjadi pada hari itu, bukan berarti akan terus ia lakukan sepanjang hidupnya. Santai saja, begitulah manusia.


Salam Bertumbuh.

⏰ Ada rezeki baru jika kita mau mencoba kehidupan yang baru!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Tertinggal Bukan Pemenang

Penghambat Kebahagiaan

Kenangan Dalam Lembaran Kertas